CAK Lontong, komedian yang aslinya bernama Lies Hartono, ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemenangan pasangan Pramono Anung-Rano Karno pada Pilkada Jakarta 2024. Siapa tak terperangah?
Aneh bin ajaib. Cak Lontong yang sehari-hari tampil di panggung untuk mengocok perut penonton dan bukan berorasi politik meski komedinya tak jarang pula bermuatan politik, dipercaya memimpin tim pemenangan dalam kontestasi politik tingkat provinsi.
Apalagi Jakarta, daerah yang dianggap episentrum politik di Indonesia.
Apa maksud pasangan Pramono Anung-Rano Karno yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menunjuk Cak Lontong? Apakah pasangan ini tak ingin memenangi Pilkada?
Banyak pertanyaan tersembunyi di balik penunjukkan Cak Lontong. Pramono Anung hanya mengatakan, “Kami ingin menunjukkan bahwa tim ini bisa bergembira tapi tetap serius,” (Kompas.com, 05/09/2024).
Saya mencoba membacanya dalam konteks kebudayaan, memahaminya sebagai teks yang memancarkan makna-makna.
Sejauh ini politik cenderung dimengerti dan dijalani sebagai aktivitas yang serius, berat, penuh sinisme, ketegangan dan permusuhan. Saya membaca, melalui Cak Lontong, secara simbolis paham politik seperti itu hendak didekonstruksi. Ditawarkan politik “riang gembira”.
Politik “serius” cenderung menampilkan sinisme, prasangka buruk, ketegangan dan permusuhan. Sebaliknya, politik “riang gembira” diasumsikan menampilkan optimisme, keselarasan, dan penyatuan. Memukul versus merangkul.
Media Cak Lontong berkomedi adalah kata/bahasa. Cak Lontong menggarap permainan kata/bahasa; membolak-balik, melipat-lipat kata/bahasa.
Saya ambil contoh satu saja yang masih gres. Di acara HUT Kompas TV, 11 September 2024, Cak Lontong memberikan kuis kepada beberapa menteri perempuan. Cak Lontong menyebutnya Kuis Perempuan Kabinet, atau KPK.
Judul kuisnya sudah memain-mainkan kata/bahasa. Kita biasa menerima KPK sebagai lembaga yang mengurusi soal korupsi, tapi Cak Lontong menjauhkan dari pandangan umum. KPK dipakai menyebut kuis yang ditanyakan kepada menteri perempuan.
Pertanyaan kuis, “Menteri Keuangan disingkat jadi?” Cak Lontong memberikan bantuan 6 huruf, dan huruf kedua E.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab “MENKEU”, jawaban yang lazim. Tentu saja kita membenarkan jawaban Sri Mulyani. Begitulah cara berpikir kita sehari-hari.
Menurut Cak Lontong, jawaban itu salah. Lalu, ditawarkan kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Bu Menlu menjawab “PENDEK”. Ternyata, menurut Cak Lontong, jawaban Menlu Retno Marsudi benar. Tertawalah para penonton.
Rupanya Bu Menlu tak mau “dikerjain” seperti Bu Menkeu. Pasti jawaban yang benar menurut Cak Lontong di luar nalar yang sudah biasa. Ketemulah, “PENDEK”, dan dibenarkan oleh Cak Lontong.